Sabtu, 11 Agustus 2012

Di Fakfak, Rp 20.000 Dianggap 'Uang Kecil' !!


fakfak





Boleh percaya, boleh tidak. Uang dengan
pecahan-pecahan tersebut termasuk barang langka di kota asal saya, Fakfak,
Papua Barat! Hal ini terutama sekali dirasakan oleh pemilik toko-toko di sana.
Yakni, ketika harus memberi uang kembalian dari transaksi-transaksi penjualan
di tokonya.





Saking langkanya sampai uang dengan
pecahan-pecahan tersebut biasanya dicari sampai di Jawa. Terutama sekali di
Surabaya. Untuk kemudian dikirim ke sana. Yang paling sulit adalah pecahan Rp.
1.000. Repotnya, pecahan ini juga cukup sulit dicari di Surabaya dalam keadaan
masih baru.





Jangan tanya lagi bagaimana dengan pecahan Rp
500. Karena pecahan Rp 500 ini sudah nyaris tak terlihat di sana. Ini
dipengaruhi oleh harga barang-barang di sana yang serba tinggi. Tidak ada lagi
barang berharga di bawah Rp.1.000. Termasuk sebatang jarum sekalipun.
Barang-barang di Papua memang jauh lebih mahal daripada di Jawa, karena masalah
transportasi, dan tidak adanya pabrik yang menjual langsung produknya di sana.
Semuanya harus dikirim dari Pulau Jawa (Surabaya).





Oleh karena itulah gaji PNS-PNS di sana juga
lebih tinggi daripada rekan-rekannya di belahan Indonesia Barat. Istilah
“Tunjangan Kemahalan” sudah lama dikenal di sana.





Biasanya, saudara saya di Fakfak rata-rata 2-3
bulan sekali minta tolong kepada saya untuk menukar uang pecahan Rp 1.000
sampai dengan Rp 20.000 itu di Bank Indonesia. Jadi, uang yang didapat selalu
adalah uang baru yang masih dalam bungkus plastik. Sekali menukarnya mencapai
puluhan juta rupiah.





Di Fakfak, uang pecahan Rp 1.000 sampai dengan
Rp. 20.000 itu sering juga disebutkan dengan istilah yang sebenarnya kurang
pas: “Uang kecil”. Jadi, uang Rp. 20.000 termasuk “uang kecil” di sana.





Pecahan Rp. 500 sudah tidak dicari lagi,
karena seperti yang saya katakan di atas, pecahan itu “sudah tidak laku” lagi
di sana.





Penyebab utama kelangkaan yang sudah berbilang
belasan tahun ini dikarenakan bank-bank di Fakfak sudah tidak pernah lagi
mendapat pasokan uang dengan pecahan-pecahan demikian dari Bank Indonesia.
Jadi, warga Fakfak yang membutuhkan uang-uang itu dipersilakan mencari dengan
caranya sendiri.





Saat ini di Fakfak hanya terdapat empat bank.
Yakni, Bank Mandiri, BRI, Bank Papua, dan satu bank swasta, Bank Mega.
Jangankan menerima penukaran uang, bank-bank ini sendiri pun sering mengalami
kesulitan memperoleh uang pecahan tersebut.





Para pedagang asal Jawa, yang cukup banyak
sukses berdagang di sana, ketika mudik ke Jawa, biasanya juga membawa pulang
hasil usahanya itu yang terdiri dari uang tunai pecahan-pecahan yang justru
sulit didapat di Fakfak itu. Akibatnya, kelangkaan uang dengan pecahan-pecahan
demikian bertambah parah.





Memang cukup memprihatinkan melihat keadaan
seperti ini. Kota Fakfak, di Papua Barat ini bisa dikatakan sebuah kota kecil
yang serba kekurangan kebutuhan-kebutuhan penting seperti ini.





Selain uang kecil, kelangkaan yang sudah
menjadi persoalan rutin sehari-hari masyarakat Fakfak adalah kelangkaan elpiji,
dan BBM. Plus listrik yang sampai hari ini masih hampir setiap hari byar-pet.
Dalam sehari rata-rata terjadi pemadaman 3-5 kali! Demikian juga dengan air
PDAM.





Kalau hujan, air yang disalurkan oleh PDAM
selalu berubah menjadi keruh. Sungguh tidak cocok dengan nama perusahaannya:
Perusahaan Daerah Air Minum. Jangankan untuk diminum, untuk mandi dan cuci saja
sudah tidak layak. Masyarakat biasanya menampung sendiri air hujan untuk
digunakan, maupun sebagai cadangan kalau-kalau air PDAM macet.





Jauh sebelum pemerintah punya rencana mau
menaikkan harga BBM bersubsidi, di Fakfak, khususnya premium dan minyak tanah
sudah lebih dulu “naik”. Harga premium di Fakfak sudah lama di tingkat pengecer
paling murah Rp. 10.000/liter. Itu pun masih sulit untuk didapat. Di satu-satunya
SPBU Pertamina di sana, pemandangan antrian ratusan kendaraan bermotor setiap
hari sudah bertahun-tahun merupakan hal biasa, yang tetap terasa sebagai suatu
penderitaan yang seolah tak berkesudahan bagi masyarakat Fakfak. Pertamax tidak
ada di Fakfak.


ads

Ditulis Oleh : OKE Hari: 20.00 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar