Kamis, 16 Agustus 2012

[renungan] Hati, Organ Terkuat Manusia


[renungan] Hati, Organ Terkuat Manusia





Berbicara mengenai jatuh cinta, banyak orang
tergila-gila dengan pasangannya. Tak jarang, di antara mereka rela berkorban
demi kebahagiaan pasangannya. Sayangnya, kisah pahit tetaplah ada di lembaran
buku dongeng sekalipun, terlebih itu tentang cinta. Kisah cinta tidak selalu
indah. Bahkan, tak jarang untuk mencapai keindahan harus melalui berbagai
tahapan sulit. Seperti kisah cinta yang diuraikan seorang sahabat padaku.





---





Aku mengenal lelaki itu sejak zamanku duduk di
Sekolah Dasar. Tak lain, ia adalah sahabat dekat kakakku. Penampilan yang rapi
dengan senyum yang menawan adalah daya pikat terkuatnya. Saat itu, aku baru
duduk di kelas 4 SD. Bisa dibayangkan, di umur yang masih bau kencur aku telah
menaruh rasa pada seorang lelaki. Rasa itu kubiarkan menjadi benih hingga
akhirnya tumbuh menjalar, sulit terpangkas. Persis dengan filosofi rumput. Aku
menyimpannya rapat-rapat, hingga waktu benar-benar memisahkan kami.





---





Sembilan tahun lamanya aku tak mendapat kabar
dari cinta monyetku. Hingga sore itu aku menemukannya di satu sosial media.
Kami bertemu dan saling menyapa. Dalam kurun waktu yang singkat, rasaku yang
sempat terkubur kembali bersemi. Aku kembali menaruh rasa padanya. Kurasa,
demikian juga dirinya.





Berbagai janji kami buat agar saling bertemu,
namun selalu saja gagal. Hingga satu waktu, aku tak lagi bisa menahan kuat
rasaku padanya. Kuutarakan rasaku dengan menguatkan hati jika terjadi apa-apa.
Dan, itu benar terjadi padaku. Ia menolakku dengan alasan berteman sudah cukup.
Baiklah, aku terima keputusan itu. Toh, aku sudah menyiapkan diri untuk jatuh
dan segera bangkit.





Satu bulan berselang, kami kembali bertemu di
satu jejaring sosial yang sama. Kembali bercengkrama layaknya teman akrab.
Lalu, ajakan untuk bertemu pun kembali datang. Seperti dahulu, kami
merencanakan untuk bertemu dan saling berbagai cerita. Tentu saja aku senang
dan sepakat untuk bertemu.





Maka, di satu mall kami bertemu. Aku senang,
sekaligus hancur. Dengan tatapan sedih ia bercerita bahwa baru saja seorang
wanita menolak cintanya. Dan, itu diceritakan padaku, seseorang yang telah
ditolak olehnya.





Kau tahu apa yang kulakukan saat itu? Dengan
senyum yang kupasang setulus mungkin, aku berusaha menenangkan hatinya (juga
hatiku). Memberinya saran dengan segala kemampuan yang kubisa.





Kau tahu? Meski dalam hati aku menangis, tapi
sungguh aku tak ingin membiarkan diriku jatuh di lubang yang sama. Maka di
sinilah, hati, organ terkuat yang dipunya manusia. Dengan segala bentuk rupa
kesakitan yang diciptakan oleh hidup, hati adalah organ terkuat dan tahan pada
segala rupa warna kehidupan.


ads

Ditulis Oleh : OKE Hari: 08.00 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar