Penduduk Pegunungan Alpen di Swiss mewarisi
alat musik tiup paling jauh terdengar sepanjang sejarah manusia. Bunyinya dapat
terdengar hingga sejauh puluhan kilometer, melintasi lembah-lembah Alpen yang
menjulang.
Trompet para penduduk Alpen ini disebut alpenhorn.
Bentuknya sangat panjang, bisa mencapai dua kali lipat tinggi orang yang
memainkannya. Mungkin tampak repot digunakan, apalagi saat harus berpindah dari
satu tempat ke tempat lain. Tak usah kuatir, alpenhorn masa kini bisa
dicopot-copot sehingga muat dalam tas.
Menurut riwayat, alpenhorn
pertama kali disebutkan pada tahun 1527 dalam buku catatan milik biara St.
Urbanus di Swiss.
Dari generasi ke generasi, gembala dan
peternak selalu membawa alpenhorn dan meniupkannya dari padang rumput di
puncak-puncak gunung sebagai kode kepada keluarga di desa yang mengartikan
"semuanya baik-baik saja."
Selain itu, alpenhorn juga digunakan untuk
memanggil sapi-sapi yang akan diperah. Peternak sapi perah di Swiss sudah lama
percaya bahwa alunannya yang lembut turut membuat sapi-sapi tenang selama
pemerahan.
Dahulu kala, alpenhorn juga kerap digunakan
sebagai panggilan perang untuk para pria. Sementara kini, lebih sering dipakai
untuk mengamen saat musim dingin tiba.
Bahan baku
Trompet Alpen ini biasanya terbuat dari pohon
cemara gunung. Pasalnya, pohon cemara di lereng-lerang yang curam tumbuh
melengkung pada pangkalnya.
William Hopson, perajin alpenhorn di Amerika
Serikat.
Harga persatuannya bisa mencapai USD 5000 /
alphorn.ca
Seorang pembuat alpenhorn, setelah memilih
pohon yang akan dipakai, membelah batang cemara menjadi dua bagian. Bagian
dalam dicungkil menggunakan pahat khusus membentuk setengah lingkaran.
Bagian dalam itu kemudian dikikis dan
diampelas hingga mulus. Si perajin lantas merekatkan kedua belahan tersebut,
melilitnya erat-erat dengan rotan kayu betula. Ia juga membuatkan dudukan dari
kayu untuk menyangga trompet ini sewaktu dimainkan.
Cara memainkan
Sekilas, alpenhorn tidak mempunyai lubang,
tuts, atau katup yang perlu ditekan-tekan. Nyatanya, trompet ini bisa
menghasilkan 12 nada alami. Kesulitannya adalah mengatur aliran udara yang
ditiupkan ke dalam pipa untuk menghasilkan nada yang diinginkannya.
Meski tidak semua lagu bisa dimainkan dengan
instrumen ini, seorang peniup yang mahir bisa memainkan beragam melodi yang
memukau.
Banyak komponis ternama menyertakan alpenhorn
dalam aransemen orkestra, seperti misalnya Leopold Mozart (ayah Wolfgang
Amadeus Mozart) menulis "sinfonia Pastorella" untuk orkestra dan
"Corno Pastoiritio". Demikian juga Beethoven, dalam salah satu
simfoni pastoralnya, meniru bunyi terompet Alpen untuk membangkitkan suasana
kehidupan gembala.
0 komentar:
Posting Komentar