
Ketika menonton sulap, semakin keras Anda
mencoba untuk memperhatikan jari-jari kilat pesulapnya, maka akan semakin mudah
Anda tertipu. Ini bukan kebetulan. Ketika Anda akan mepelajari “Permainan
Otak,” sebuah seri baru pada National Geographic Channel yang menggambarkan
mukjizat kecil serta memerlukan perhatian dan pembentukan memori kenangan, otak
berjalan dengan daya 12 Watt atau sekitar sepertiga dari jumlah yang digunakan
oleh sebuah bola lampu kulkas. Daya yang terbatas semacam itu membuat kita
sangat rentan terhadap tipuan karena hanya memungkinkan kita untuk
berkonsentrasi pada satu hal dalam suatu waktu. Pesulap menggunakan pemikiran
tunggal untuk menciptakan efek yang besar.
Otak memiliki dua jenis perhatian. Pertama,
“top-down” atau keputusan untuk memperhatikan, yaitu apa yang Anda gunakan
ketika Anda memutuskan untuk terfokus pada stimulus atau tugas. Perhatian
top-down dikendalikan oleh bagian otak yang disebut korteks prefrontal. Kedua,
“bottom-up” atau keterkejutan ketika kita cepat mengalihkan fokus ke stimulus
yang tak terduga, seperti telepon berdering. Ini adalah respon sistem yang
dikontrol oleh daerah otak yang disebut korteks sensorik.
Pesulap menipu Anda dengan menguasai kedua
bentuk perhatian tersebut. Dalam “Permainan Otak”, seorang seniman sulap tangan
bernama Apollo Robbins, yang pernah mendampingi mantan Presiden Jimmy Carter,
mengatakan, “Mengganggu orang bisa sangat sederhana.” Robbins menggunakan
“gangguan top-down” dengan cara mengajak orang untuk terfokus pada kata-kata
dan tindakannya. Dengan menghibur, ia menuntut perhatian.
Sementara itu, ia diam-diam mengambil jam
tangan atau syal mereka. “Jika saya harus mencuri dari tempat yang sulit, saya
menggunakan strategi perhatian ‘bottom-up’ untuk mengarahkan fokus,” kata
Robbins. Bertepuk tangan keras, gerakan mendadak, atau melambaikan sendok di
udara, merupakan contoh strategi tersebut.
Anda mungkin berpikir bahwa Anda tidak akan
dijatuhkan oleh strategi sederhana seperti itu karena mungkin menganggap diri
Anda multitasker (memperhatikan beberapa hal sekaligus). Namun, menurut para
ahli, multitasking adalah ilusi.
Kenyataannya, kita hanya dapat memproses satu
hal pada suatu waktu. Kita adalah prosesor seri yang efektif. Ketika kita mencoba melakukan multitasking,
kita hanya beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.
Terlepas dari kenyataan jika scan otak menunjukkan
bahwa kita hanya bisa fokus pada satu hal dalam suatu waktu, orang sering
memiliki ilusi bahwa mereka menyeimbangkan semua tugas yang sama dan berkinerja
baik pada semuanya. Anda menjadi buta terhadap kinerja Anda sendiri yang
terganggu.
0 komentar:
Posting Komentar